![]() |
| Dokumentasi Alinea. |
Alinea – Desa Sekumur, sebuah wilayah yang masih berjuang pulih dari terjangan banjir bandang di Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang, mendadak riuh oleh isak tangis pada Selasa (30/12/2025). Bukan karena air bah yang kembali datang, melainkan karena perpisahan emosional antara puluhan anak-anak penyintas dengan para guru relawan.
Para pengajar muda dari kolaborasi Pandawa Kayak dan Medan Lawyers FC tersebut harus berpamitan setelah menuntaskan misi kemanusiaan mereka selama satu pekan terakhir. Sejak Kamis (25/12/2025), kehadiran mereka menjadi oase di tengah trauma bencana yang melanda desa tersebut.
Pulihkan Trauma Lewat Pendidikan
Selama tujuh hari, para relawan tidak hanya memberikan pelajaran formal seperti Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Matematika, tetapi juga fokus pada program trauma healing.
Agum, Ketua Tim Relawan, menjelaskan bahwa sistem rotasi mingguan ini diterapkan agar bantuan tenaga pendidik tetap berkelanjutan tanpa memutus semangat belajar anak-anak.
"Guru-guru yang kami rekrut memiliki keahlian khusus, mulai dari akademisi hingga guru khusus bermain.Mereka bertugas memulihkan psikis anak-anak agar tidak larut dalam duka pascabencana," ujar Agum di sela-sela momen perpisahan.
.
Momen Perpisahan yang Mengharukan
Meski hanya sepekan, ikatan emosional yang terbangun tampak begitu kuat.
Pantauan di lokasi menunjukkan anak-anak Desa Sekumur memeluk erat para relawan, seolah enggan melepaskan sosok yang telah mengembalikan keceriaan mereka.
.
"Jangan pergi, Bu Guru," teriak salah satu bocah sembari terisak di pelukan relawan.
Suasana kian haru saat para orang tua korban banjir ikut meneteskan air mata, menyaksikan betapa besarnya dampak kehadiran para pemuda tersebut bagi mentalitas anak-anak mereka.
.
Tongkat Estafet Pengabdian
Walau tim pertama harus kembali ke daerah asal, misi kemanusiaan di Desa Sekumur dipastikan tidak berhenti. Tim relawan baru telah disiapkan untuk melanjutkan tongkat estafet pendampingan psikososial dan pendidikan.
.
Kepergian tim pertama ini meninggalkan memori mendalam sekaligus harapan baru. Bagi warga Sekumur, para guru relawan bukan sekadar pengajar, melainkan simbol kepedulian yang membantu mereka bangkit dari reruntuhan duka banjir bandang. (Abi)
